SARI, GESTURI ELGA (2024) Studi Kasus Asuhan Kebidanan Pada Ny ‘’Y’’ G2P1A0H1 Dengan Kehamilan Trimester III, Persalinan, Nifas, Neonatus Di PMB Umil Fahmi Amd.Keb Tahun 2024. Diploma thesis, Stikes Alifah Padang.
Cover.pdf - Published Version
Download (742kB)
BAB 1 COC.pdf - Published Version
Download (157kB)
BAB VI COC.pdf - Published Version
Download (120kB)
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version
Download (221kB)
COC ELGA.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only
Download (4MB) | Request a copy
Abstract
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Continuity of care atau pemberian asuhan kebidanan secara berkelanjutan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh bidan guna memantau kondisi kesehatan ibu serta bayi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang bisa saja terjadi sehingga dapat menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Kegunaan dari pemantauan secara berkelanjutan ini adalah sebagai upaya deteksi dini bila ditemukan adanya komplikasi atau penyulit. Dengan adanya pemberian asuhan yang berkelanjutan ini diharapkan seorang wanita memiliki kesiapan fisik maupun mental dalam menyiapkan kehamilan serta menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga tidak terjadi penyulit dan komplikasi (Homer et al, 2019). Kelahiran dan kehamilan merupakan suatu hal yang fisiologis, namun jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi patologis (Sunarsih, 2020).
AKI dan AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan di suatu negara. Salah satu dari lima fokus masalah kesehatan yang ditetapkan kementrian kesehatan, yaitu AKI dan AKB (Kemenkes RI, 2020). Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2017 sebanyak 810 wanita di dunia meninggal dunia komplikasi tersebut dapat dicegah. Sebanyak 75% kematian ibu disebabkan karena perdarahan pasca salin, infeksi pasca salin, tekanan darah tinggi semasa hamil (preeclampsia dan eklampsia), komplikasi persalinan, dan abortus yang tidak aman. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 tercatat AKI yaitu 305/100.000 kelahiran hidup dan AKB yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi (207 kasus) (Kemenkes RI, 2020).
Angka Kematian Ibu di Indonesia termasuk tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Kemenkes RI tahun 2021 dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2021, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Sustainable Development Goals/SDG’s 2020) untuk tahun 2030, diharapkan angka kematian ibu menurun menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup, dan menurunkan angka kematian bayi menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2021). Sedangkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menyebutkan bahwa di tahun 2020 terdapat 113 kasus kematian ibu. Jumlah tersebut bahkan meningkat dibandingkan tahun 2021 dengan jumlah 108 kasus kematian ibu (Dinkes Sumbar, 2021). Menurut dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2020 ditemukan AKI sebanyak 21 kasus, jumlah ini naik jika dibanding tahun 2019 (16 orang). Adapun rincian kematian ibu ini terdiri dari Profil Kesehatan Tahun 2020 25 kematian ibu hamil 9 orang, kematian ibu bersalin 3 orang dan kematian ibu nifas 9 orang. (Kemenkes 2020)
Tingginya AKI dan AKB sehingga dibutuhkan asuhan berkesinambungan atau asuhan menyeluruh dalam asuhan kebidanan. Asuhan Continuty of Care (COC) merupakan asuhan secara berkesinambungan dari hamil sampai dengan keluarga berencana (KB) sebagai upaya penurunan AKI dan AKB. Kematian ibu dan bayi merupakan ukuran terpenting dalam menilai indikator keberhasilan pelayanan kesehatan di Indonesia, namun pada kenyataannya ada juga persalinan yang mengalami komplikasi sehingga mengakibatkan kematian ibu dan bayi (Maryunani, 2018).
Asuhan Continuty of Care (COC) dimulai pada masa kehamilan. Asuhan Antenatal Care yang berkualitas juga dapat mendeteksi tanda bahaya selama hamil. Penilaian terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan kesehatan terhadap kesehatan ibu hamil K4 mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2018. Jika dibandingkan dengan target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2021 yang sebesar 78%, capaian tahun 2021 telah mencapai target K4 sebesar 88,03%. Di Sumatera Barat cakupan pelayanan kesehatan terhadap kesehatan ibu hamil K4 sebesar 79,53%. (Kemenkes RI, 2021). Sedangkan Menurut data dinas Kesehatan kota padang target pencapaian program untuk K1 = 99%. Tahun 2021 sasaran ibu hamil berdasarkan data dari BPS di Kota Padang sebanyak 17.317 orang dengan capaian K1 sebanyak 15.602 orang (90,1%). Capaian kunjungan K1 yang sudah mencapai target terdapat di Puskesmas Bungus, Puskesmas Lubuk Kilangan, Puskesmas Belimbing, Puskesmas Air Dingin, dan Puskesmas Anak Air. Sedangkan capaian tertinggi terdapat di puskespas Air Dingin. Jumlah ibu hamil di kelurahan Balai gadang 315 orang, LMSL190 orang, Air pacah 165 orang. Total jumlah ibu hamil di Puskesmas Air Dingin yaitu 670 orang.
Prospek bayi baru lahir agar sehat dan mampu bertahan hidup berkaitan erat dengan kelangsungan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan ibu mereka (Geller, 2018). UNICEF (2018) mengatakan bahwa setiap tahun ada 2,5 juta kasus kematian neonatal (<28 hari). Tingkat rata-rata global adalah 18 kematian bayi per 1000 kelahiran. Di Indonesia 2018 AKN menyentuh 15/1000 kelahiran hidup, 75% meninggal di minggu pertama (Achadi, 2019). Situasi di Sumatera Barat tahun 2018 terjadi 556 kasus kematian, dan di Padang tahun 2018 sebanyak 70 kasus, meningkat di tahun 2019 menjadi 79 kasus dengan perhitungan 5/1000 kelahiran hidup (Dinkes Sumbar, 2018. Dinkes Kota Padang, 2019). Penyebab utama kematian adalah lahir premature, komplikasi persalinan seperti asfiksia, infeksi, dan kecacatan. Kematian neonatal berkaitan erat dengan kualitas layanan persalinan serta penanganan bayi baru lahir (Achadi, 2019).
Selain itu keberhasilan suatu negara juga dilihat dari rendahnya angka kematian pada ibu bersalin. Keberhasilan pelayanan kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator presentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2017-2021 menetapkan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebagai salah satu indikator upaya kesehatan keluarga, menggantikan indikator pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN). Secara Nasional, indikator PF telah memenuhi target Renstra sebesar 82%. Capaian tertinggi dan terendah yaitu DKI Jakarta (102%) dan Maluku (45,18%). Sumatera Barat belum mencapai target Renstra yaitu sebesar 80,89% (Kemenkes RI, 2021).
Pada masa nifas yaitu pelayanan kesehatan yang didapatkan adalah pelayanan kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir. Pelayanan kesehatan ibu dilakukan 1 kali pada periode 6 jam-3 hari pascapersalinan, 1 kali pada periode 4 hari-28 hari pascapersalinan, 1 kali pada periode 29 hari-42 hari pascapersalinan (Permenkes RI No. 97 tahun 2018). Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari 17,9% pada tahun 2021 menjadi 85,92% pada tahun 2020. Dari 34 provinsi di Indonesia yang melaporkan data kunjungan nifas, hampir 60% provinsi telah mencapai KF3 80%. Capaian kunjungan nifas lengkap (KF3) di Sumatera Barat hampir mencapai target yaitu sebesar 79,37% (Kemenkes RI, 2021).
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir merupakan pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir yang wajib diberikan adalah Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial yang diberikan pada saat lahir 0 jam-6jam setelah lahir dan 6 jam-28 hari setelah lahir (Permenkes RI No. 25 Tahun 2018).
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Indonesia jumlah kunjungan neonatal pada tahun 2021 yaitu 87,1%. Data Provinsi sumatera Barat menyatakan jumlah kunjungan neonatal pada tahun 2021 yaitu 90,2%. Hasil penelitian lain penerapan asuhan berdampak pada outcome persalinan yang baik, ditunjukkan dengan tidak adanya komplikasi selama masa persalinan (91,01%),bayi baru lahir tanpa komplikasi (95,51%), dan pada periode nifas dan menyusui sebanyak 100% ibu dalam keadaan normal. Mayoritas ibu menyatakan sangat puas terhadap pelaksanaan asuhan ini (73,03%) (Kotsiana gita., 2020). Model Asuhan ini menunjukkan peningkatan kepuasan pada ibu dibandingkan menggunakan model asuhan biasa (Sandall J.et al., 2016).
Penurunan AKI dan AKB saat ini masih menjadi prioritas program kesehatan di Indonesia. Karena itu bidan harus memiliki filosofi asuhan kebidanan yang menekankan asuhannya terhadap perempuan (Woman Centered Care). Salah satu upaya untuk meningkatkan klasifikasi bidan adalah menerapkan model asuhan kebidanan yang berkelanjutan (Continuity Of Care/ CoC) dalam pendidikan klinik serta Untuk mendapatkan asuhan kebidanan yang berkualitas perlu didukung dengan tersedianya standar pelayanan kebidanan, tenaga bidan yang profesional, sarana dan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
Evidance dalam pelayanan kebidanan yang dapat dilakukan yaitu melakukan skrining prakonsepsi untuk persiapan kehamilan yang sehat. Pada masa kehamilan evidence based yang dapat dilakukan yaitu senam hamil.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus asuhan kebidanan komprehensif atau COC pada Ny ”Y” dengan kehamilan Trimester III, Persalinan, Nifas, dan Neonatus di PMB Umil Fahmi dengan menggunakan alur fikir varney dan metode pendokumentasian SOAP.
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RT Nursing |
Divisions: | Faculty of Medicine, Health and Life Sciences > School of Medicine |
Depositing User: | Unnamed user with email profesibidan@gmail.com |
Date Deposited: | 27 Sep 2024 06:56 |
Last Modified: | 27 Sep 2024 06:56 |
URI: | http://repository.stikesalifah.ac.id/id/eprint/1703 |